Jakarta, CNN Indonesia -Sejumlah pihak menilai rencana Bank Indonesia merilis acuan atau benchmark baru dalam rangka menjaga mengontrol likuiditas dan inflasi secara bersamaan, akan menyeret turun suku bunga pinjaman atau lending rate perbankan hingga 75 basis poin (bps).
Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan, potensi penurunan lending ratesebesar 75 bps akan terjadi jika BI menjadikan rate reverse repo 7 hari sebagai benchmarkbaru, menggeser BI rate.
Ini lantaran posisi rate reverse repo 7 hari saat ini dipatok pada level 5,5 persen, lebih tinggi 100 bps dibandingkan BI rate yang berada di angka 6,75 persen.
"Satu perubahan lain yang dilakukan adalah membuat koridor yang simetris di kisaranbenchmark rate, sehingga nantinya LF (lending facility) rate akan turun dari 7.25 persen jadi 6.25 persen, atau 75 bps di atas rate benchmark baru," ujar Anton kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/4).
Selain menurunkan suku bunga pinjaman Anton bilang, digunakannya rate reverse repo 7 hari juga akan menjadikan posisi deposit facilitytetap di level 4,75 persen atau 75 bps dari benchmark baru.
Seperti diketahui, deposit facility merupakan fasilitas yang disediakan oleh bank sentral untuk menampung ekses likuiditas dari bank, di luar instrumen lain seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan reverse repo.
Selain dua instrumen tadi, katanya hal yang juga perlu menjadi perhatian menyusul digunakannya rate reverse repo ialah rencana kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam merevisi ketentuancapping deposito yang saat ini berlaku.
Di mana capping deposito berada maksimum di level 100 bps di atas BI rate untuk deposito berjangka di bank BUKU III, dan 75 bps di atas BI rate untuk bank BUKU IV.
"Yang jadi issue adalah deposit rate cap yang ditetapkan nantinya dikaitkan dengan apa setelah BI rate dihapus? Tapi yang kelihatannya hampir pasti adalah deposit rate cap akan turun sejalan dengan kebijakan BI ini," ungkapnya.
Senada dengan Anton, Wellian Wiranto Economist OCBC Singapore mengatakan secara umum BI akan tetap mengadopsi BI rate dalam menjalankan kerangka target inflasi (Inflation Targeting Framework) nya.
"Perubahan tenor benchmark menjadi reverse repo 7 hari, tidak akan mengubah sikap BI dalam pengambilan kebijakan moneternya. Namun pada intinya jika bank sentral memutuskan untuk memangkas rate benchmarknya juga membuat bunga di pasar uang antar bank menjadi turun," imbuh Wellian.(dim/dim)
Chief Economist PT Bank Mandiri, Anton Gunawan, Jakarta, Selasa (5/4). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari) |
Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan, potensi penurunan lending ratesebesar 75 bps akan terjadi jika BI menjadikan rate reverse repo 7 hari sebagai benchmarkbaru, menggeser BI rate.
Ini lantaran posisi rate reverse repo 7 hari saat ini dipatok pada level 5,5 persen, lebih tinggi 100 bps dibandingkan BI rate yang berada di angka 6,75 persen.
"Satu perubahan lain yang dilakukan adalah membuat koridor yang simetris di kisaranbenchmark rate, sehingga nantinya LF (lending facility) rate akan turun dari 7.25 persen jadi 6.25 persen, atau 75 bps di atas rate benchmark baru," ujar Anton kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/4).
Selain menurunkan suku bunga pinjaman Anton bilang, digunakannya rate reverse repo 7 hari juga akan menjadikan posisi deposit facilitytetap di level 4,75 persen atau 75 bps dari benchmark baru.
Seperti diketahui, deposit facility merupakan fasilitas yang disediakan oleh bank sentral untuk menampung ekses likuiditas dari bank, di luar instrumen lain seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan reverse repo.
Selain dua instrumen tadi, katanya hal yang juga perlu menjadi perhatian menyusul digunakannya rate reverse repo ialah rencana kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam merevisi ketentuancapping deposito yang saat ini berlaku.
Di mana capping deposito berada maksimum di level 100 bps di atas BI rate untuk deposito berjangka di bank BUKU III, dan 75 bps di atas BI rate untuk bank BUKU IV.
"Yang jadi issue adalah deposit rate cap yang ditetapkan nantinya dikaitkan dengan apa setelah BI rate dihapus? Tapi yang kelihatannya hampir pasti adalah deposit rate cap akan turun sejalan dengan kebijakan BI ini," ungkapnya.
Senada dengan Anton, Wellian Wiranto Economist OCBC Singapore mengatakan secara umum BI akan tetap mengadopsi BI rate dalam menjalankan kerangka target inflasi (Inflation Targeting Framework) nya.
"Perubahan tenor benchmark menjadi reverse repo 7 hari, tidak akan mengubah sikap BI dalam pengambilan kebijakan moneternya. Namun pada intinya jika bank sentral memutuskan untuk memangkas rate benchmarknya juga membuat bunga di pasar uang antar bank menjadi turun," imbuh Wellian.(dim/dim)
Sumber:[ Elisa Valenta Sari CNN Indonesia ]
Post a Comment